Jumat, Desember 30, 2016

Doa Taubat

"Robbana taqobbal minnaa innaka antas sami’ul 'aliim, wa tub 'alainaa innaka antat tawwabur rokhiim.." (QS. Al Baqarah : 127-128)

Artinya :
Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau maha mendengar dan maha Mengetahui, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau maha penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kamis, Desember 22, 2016

Hari Ibu

*Sejarah Hari Ibu di Indonesia*

Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.

Para feminis ini menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan.

Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu. Bedanya dengan jaman sekarang, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis untuk perkembangan perempuan, tanpa mengusung kesetaraan gender.

*Hari Ibu yang dipahami saat ini*

Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Dimeriahkan berbagai acara dengan kartu ucapan, sekelumit doa, bunga dan berbagai kegiatan lainnya.

Hari Ibu diperingati dengan berbagai alasan. Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day dirayakan pada bulan Maret.Dihari itu mereka memuja para ibu, memberi ucapan selamat, memberi hadiah, berdoa dan memanjakan para ibu. Hal itu berhubungan dengan kepercayaan mereka memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau mitologi Yunani Kuno.

Jadi di sini, Hari Ibu bisa jadi kedudukannya sama dengan Hari Valentine, April Mop, Tahun Baru Masehi, Hari Bumi dan hari-hari lainnya yang bermuara pada kepercayaan pagan Yunani. Merayakannya sama saja dengan mengakui adanya kebiasaan-kebiasaan ritual itu.

Di negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Belanda, Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu diperingati pada hari Minggu kedua bulan Mei. Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan Perang Saudara di Amerika yang belum berserikat.

*Beramal Dengan Ilmu, Dan Berilmu Dengan Amal*

Bagaimana dalam Islam ?

Islam, tanpa mengenal hari tertentu, mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.

Untuk itu, Islam begitu mengistimewakan seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui di dalam al-Quran, hadis, dan kisah-kisah teladan.

Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]: 23-24).

Bila merujuk pada perspektif islam, beberapa ulama memfatwakan perayaan hari ibu tidak diperbolehkan. Tidak boleh mengadakan simbol-simbol perayaan seperti kegembiraan, kebahagiaan, penyerahan hadiah dan lain sebagainya.

Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan hendaknya membatasi diri dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang telah diridloi Allah Ta’ala untuk hamba-Nya, tidak ditambah maupun dikurangi.

Seorang muslim seharusnya tidak ikut-ikutan, Tetapi haruslah membentuk kepribadiannya sesuai dengan ketentuan syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah –alhamdulillah- adalah sempurna dilihat dari sisi manapun, sebagiaman firman Allah:

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridloi Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3).

Haknya seorang ibu lebih besar daripada sekedar disambut sehari dalam setahun. Bahkan seorang ibu mempunyai hak yang harus dilakukan oleh anak-anaknya, yaitu memelihara dan memperhatikannya serta menta’atinya dalam hal-hal yang tidak maksiat kepada Allah Azza wa Jalla disetiap waktu dan tempat.

Begitulah indahnya Islam, yang selalu memiliki kespesialan setiap waktu bukan sewaktu-waktu. Semoga lisan dan hati anak-anak kita selalu diringankan dalam mendoakan kedua orang tuanya di setiap waktu.

*Wrote by Ernydar Irfan @Islam Pos*

Kamis, Desember 15, 2016

CLEAR ACTION untuk Kulit Berjerawat

CLEAR ACTION
Paket khusus dr Nu Skin untuk jerawat 
Banyak yg pakai, banyak yg buktikan berhasil,dan banyak yg tertarik mencoba 






Kamu punya masalah jerawat parah...?

Rabu, Desember 14, 2016

JENIS KULIT MUKA

Masih bingung menentukan jenis kulit????

Mana yang termasuk jenis kulitmu?
Berminyak, kering, kombinasi keduanya? Sensitif atau normal?

Mengenal jenis kulit sangatlah penting untuk membantu kamu memilih produk dan rutinitas pembersihan yang tepat, serta perawatan kulit yang lebih baik 💝

Apapun Jenis kulitmu tetap membutuhkan 3 kebutuhan  perawatan kulit mendasar yaitu Pembersih, Toner dan Pelembab.

10 bulan rutin menggunakan, hasilnya NYATA.

 #LOVENUSKIN

Kamu gak penasaran pengen coba ???? 💛💛💛💛💛


Minggu, Desember 11, 2016

Dasyatnya Doa Antara Dua Sujud

*_COBA SIMAK LAGI DOA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD DAN KITA HAYATI MAKNANYA_*:

*_√ ROBIGHFIRLII_*,
*_√ WARHAMNII_*,
*_√ WAJBURNII_*,
*_√ WARFA’NII_*,
*_√ WARZUQNII_*,
*_√ WAHDINI_*,
*_√ WA’AAFINII_*,
*_√ WA’FUANNII_*

Ketika orang ditanya, “do’a apakah yang paling sering dibaca oleh seorang muslim ?”,
Banyak yang menjawabnya dengan salah. Begitu seringnya do’a itu dibaca, sehingga ketika sedang membaca do’a banyak yang tidak merasa berdo’a.

Padahal do’a itu sangat dahsyat, mencakup kebutuhan kita di dunia dan akhirat. Dan dibaca minimal 17 kali setiap hari

Do’a itu adalah *_DO’A DIANTARA DUA SUJUD_*, marilah kita renungi maknanya :

*_√ ROBIGHFIRLII_*.
Wahai Tuhan ampunilah dosaku.
Dosa adalah beban, yang menyebabkan kita berat melangkah menuju ke ridho اللّهُ Dosa adalah kotoran hati yang membuat hati kelam sehingga hati kita merasa berat untuk melakukan kebaikan.

*_√ WARHAMNII_*.
Sayangilah diriku.
Kalau kita disayang اللّهُ hidup akan terasa nyaman, karena dengan kasih Sayang akan dapat dicapai semua cita2. Dengan kasih Sayang اللّهُ nafsu kita akan terbimbing.

*_√ WAJBURNII_*.
Tutuplah segala kekuranganku.
Banyak sekali kekurangan kita, kurang syukur, kurang sabar, kurang bisa menerima kenyataan, mudah marah, pendendam dll. Kalau kekurangan kita ditutup/diperbaiki اللّهُ , maka kita akan menjadi manusia sebenarnya.

*_√ WARFA’NII_*.
Tinggikanlah derajatku.
Kalau اللّهُ sudah meninggikan derajat kita, maka pasti tidak ada manusia yang bisa menghinakan kita.

*_√ WARZUQNII_*.
Berikanlah aku rizki,
Sebagai hamba اللّهُ kita membutuhkan rizki اللّهُ mampu mendatangkan rizki dari arah yang tak terduga dan tanpa perhitungan.

*_√ WAHDINI_*.
Berikanlah aku petunjuk/bimbinglah aku ke jalan kebahagiaan.
Kita tidak hanya minta petunjuk/hidayah yang berkaitan dengan akhirat, tetapi kita juga minta petunjuk agar terhindar dari mengambil keputusan yang salah utk kebahagiaan di dunia.

*_√ WA’AAFINII_*.
Berikanlah aku kesehatan.
Apabila kita sehat kita bisa menambah kebaikan dan manfaat serta tidak menjadi beban orang lain.

*_√ WA’FUANNII_*.
Aku mohon agar kesalahanku dihapus dari catatan.

Dari do'a tsb diawali do’a dengan mohon ampun dan kita akhiri dengan permohonan ampunan utk menghapus dosa. Sehingga kita berharap benar-benar bersih dari dosa.

ALLAH SWT memerintahkan kita untuk membaca do’a itu, Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita.

*_TERKADANG YG JADI PERSOALAN DI MANA HATI DAN  PIKIRAN KITA KETIKA KITA MEMBACA DO’A ITU ?
*_DAN BANYAK DIANTARA KITA TIDAK MENCOBA MENGERTI MAKNANNYA

Padahal dahsyat  doa tsb, dan masih banyak orang, entah dia imam atau pun makmum..., sering tergesa-gesa membacanya. Seharusnya  tuma'nina dgn meresapi dan benar2 meminta kepada ALLAH SWT.

Marilah segera resapi dan tuma'nina semoga mendapatkan dahsyatnya do'a tsb.        Aamiinn yaa Allah yaa mujibasailin robbal alamin

RENUNGAN

Copas dari FB Ust Arifin Ilham
Semoga bermanfaat

Pukul 4:00 pagi kita bangun sholat subuh, kemudian kita bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerja, sampai kantor pukul 7:00 pagi, hari masih gelap.
Mungkin kita anggap hari ini akan hujan, jadi abaikan saja. Masuk kantor, bekerja dan kita lihat pukul 12:00 siang, sudah waktunya makan siang, tapi keadaan masih tetap gelap. Keluar pintu kantor, suasana masih gelap, hitam pekat seperti malam.

Mungkin masih bisa dianggap hari ini akan hujan lagi. Jadi abaikan saja. Tapi kalau jam 14:00 pm pun hari masih gelap, pertanda apa itu?.

Keesokkan pun sama, nonton tv semua orang kalang kabut menceritakan bahawa dunia ini sudah tidak ada lagi siangnya, dan begitu juga dengan lusa, masih tidak ada lagi matahari.

Tetapi pada hari keempat kita bangun pagi, kita dapat melihat matahari, tetapi jangan terkejut, karena matahari telah terbit dari sebelah barat.

Para ahli mungkin akan mengatakan bahwa itu hanya fenomena alam, tapi sadarlah, itulah pertanda besar yang paling awal sebelum tibanya hari kiamat!!

Maka telah tertutuplah pintu taubat. Saat itu, kita akan lihat satu fenomena luar biasa di mana:

- Golongan kaya akan keluarkan semua harta utk diinfakkan,
- Golongan yang tidak pernah baca Alquran, akan membacanya 24 jam,
- Golongan yang tak pernah solat berjama'ah akan berlari-lari ke masjid demi menunaikan sholat secara berjama'ah.
- Tapi sayangnya semuanya sudah tidak berguna lagi.

Bismillahirrahmanirrahim.
-Kenapa kita tidur saat Allah memanggil?
Tapi kita sanggup menahan kantuk saat menonton film selama 3 jam?
-Kenapa kita bosan saat baca al-qur'an? Melainkan kita lebih rela membaca timeline twitter, wall facebook, novel atau buku lain?
-Kenapa kita senang sekali mengabaikan pesan dari Allah? Tpi kita sanggup memforward pesan yang aneh-aneh?
-Kenapa masjid semakin kecil? Tapi bar dan club? semakin besar?
-Kenapa kita lebih sangat senang menyembah ART IS? Tapi sangat susah untuk menemui ALLAH?

Pikirkan itu Apakah anda akan menforward pesan ini? Apakah anda akan mengabaikan pesan ini karena takut ditertawakan dengan kawan yang lain?

Allah Berfirman: "Jika kamu menyangkal Aku di depan teman-temanmu, Aku akan menyangkal kamu pada saat hari penghakiman..."
1. Biarkan didalam whatsapp, line, bbm dsb anda tanpa bermanfaat untuk org lain.
2. Anda sebarkan pada semua kenalan anda. .

Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang menyampaikan 1(satu) ilmu saja dan ada orang yg mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala.

Renungkanlah...

KIAMAT menurut Agama Islam ditandai dengan:
- Kemunculan Imam Mahdi
- Kemunculan Dajjal
- Turunnya Nabi Isa (AS)
- Kemunculan Yakjuj dan Makjuj
- Terbitnya matahari dari Barat ke Timur
- Pintu pengampunan akan ditutup
- Dab'bat al-Ard akan keluar dari tanah & akan menandai muslim yang sebenar-benarnya
- Kabut selama 40 Hari akan mematikan semua orang beriman sejati sehingga mereka tidak perlu mengalami tanda-tanda kiamat lainnya
- Sebuah kebakaran besar akan menyebabkan kerusakan
- Pemusnahan/runtuhnya Kabah
- Tulisan dalam Al-Quran akan lenyap
- Sangkakala akan ditiup pertama kalinya membuat semua makhluk hidup merasa bimbang dan ketakutan
- Tiupan sangkakala yang kedua kalinya akan membuat semua makhluk hidup mati dan yg ketiga yang membuat setiap makhluk hidup bangkit kembali

Nabi MUHAMMAD SAW telah bersabda:
Barang siapa yg mengingatkan ini kepada orang lain, akan Ku buatkan tempat di syurga baginya pada hari penghakiman kelak

Kita bisa kirim ribuan bbm mesra, promote, bc yang terlalu penting tapi bila kirim yang berkaitan dengan ibadah mesti berpikir 2x.

Allah berfirman :
"jika engkau lebih mengejar duniawi dari pada mengejar dekat denganKu maka Aku berikan, tapi Aku akan menjauhkan kalian dari syurgaKu"

Subhanallah...

Ya ALLAH...
Ampunilah Dosa ku..
Dosa Orang Tuaku..
Dan Dosa Orang Orang Yang
meng"Aamiin"kan DOA ini..
Wafatkanlah Kami Kelak
Dengan keadaan HUSNUL KHOTIMAH
Dan Masukan Kami Kedalam Surgamu Tanpakm Hisab..
Aamiin yaa Rabbal'aalamiin..
Silahkan di share....

Sabtu, Desember 10, 2016

*KISAH NYATA MENGGUGAH JIWA

Maaf ..mohon ijin..mau berbagi ..meski cuma copas..mudah2an manfaat buat sdr ku yg muslim. *KISAH NYATA MENGGUGAH JIWA*

Ini tulisan Ary Ginanjar Agustian
(Renungan Kisah Nyata)

Minggu lalu saya kembali Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali nggak sholat Jum’at di situ. Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat.

Dan bener aja sampai di masjid adzan sudah berkumandang. Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama Khotibnya saat itu. Sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.

Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih Dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan, tutur katanya lembut namun tegas. Dari penampilannya yg menarik tsb, saya jadi penasaran, apa kira2 isi khotbahnya.

Ternyata betul dugaan saya! Isi ceramah dan cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan. Banyak yg mengucurkan air mata (termasuk saya)., bahkan ada yg sampai tersedu sedan.

Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan “true story”.

Seorang anak berumur 10 th namanya Umar. Dia anak pengusaha sukses yg kaya raya. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta. Tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal. Tapi bagi si pengusaha, tentu bukan masalah, karena uangnya berlimpah.

Si ayah berfikir kalau anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang, agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya.

Suatu hari isterinya kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.

“Waduuuh saya sibuk ma, kamu aja deh yg datang.” begitu ucap si ayah kpd isterinya.

Bagi dia acara beginian sangat nggak penting, dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam, sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya, sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya.

Nah karena diancam isterinya, akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an. Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.

Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang, sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung.

Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2. Ada yg menyanyi, menari, membaca puisi, pantomim. Ada pula yg pamerkan lukisannya, dll. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka.

Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya...

“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief.” tanya si Umar kpd gurunya. Pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu.

”Oh boleh..” begitu jawab gurunya.

Dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung.“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya.

”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief.

“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah.”

Lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu, termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang.

”Stop, kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna. Sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar.

Lalu Umarpun membaca ayat 9.

”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya…lalu kata pak Arief, "Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”.

Si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai."

“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak,” begitu teriak pak Arief sambil mengucurkan air matanya.

Para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arief bertanya kepada Umar, ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain?” begitu tanya pak Arief penasaran.

Begini pak guru, waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak, Bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW, ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).

“Pak guru, saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak, sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya..”

Semua orang terkesiap dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb…

Ditengah suasana hening tsb..tiba2 terdengan teriakan “Allahu Akbar!” dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung.

Ternyata dia ayah si Umar, yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak, bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.

”Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi mengajarimu membaca Al Quran.” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.

”Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak, ternyata kamu malah memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. Ayah maluuu nak" ujar sang ayah sambil nangis ter-sedu2.

Subhanallah... Sampai di sini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh. Semua jama’ahpun terpana, dan juga mulai meneteskan airmatanya, termasuk saya.

Diantara jama’ahpun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya, luar biasa haru. Entah apa yg ada dibenak jama’ah yg menangis itu. Mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya, mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada anaknya, mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya membaca Al Quran, atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya tergeletak di rak bukunya.

Dan semua, dengan alasan sibuk urusan dunia...!  Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat, dan lebih sibuk dengan urusan dunia, padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini, seperti firman Allah SWT dalam

Q.S. Al-Anam ayat 32:
*_”Dan tiadalah kehidupan DUNIA ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh KAMPUNG AKHIRAT itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”..._*

Astagfirullah... Innallaaha ghofururrohim, hamba mohon ampunan kepada Allah.Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Wallahu ‘alam bish shawab.

Semoga bermanfaat
Baarakallahu fiikum...

Selasa, Desember 06, 2016

GHIBAH

GHIBAH

<Ustâdz Firanda Andirja>

بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Dari Shohâbat Abû Huroiroh رضي الله عنه, bahwa Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم pernah bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ ؟ قَالُوا : اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ، قِيلَ : أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ ، أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
(arti) “Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Para Shohâbat menjawab: “Allôh dan Rosûl-Nya yang lebih mengetahui.”
Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم mengatakan: “Kamu menyebutkan tentang saudaramu apa yang tidak ia sukai untuk disebutkan.”
Maka dikatakan kepada Nabî: “Seandainya yang aku ucapkan tentang saudaraku itu benar adanya, bagaimana menurut anda, wahai Rosûlullôh?”
Kata Rosûlullôh: “Kalau apa yang kamu ucapkan tentang saudaramu itu benar, maka itulah ghibah, kalau ternyata yang kamu ucapkan itu tidak benar, maka kamu telah berdusta atas dirinya.” [HR Muslim no 2589].

Hadîts ini menjelaskan tentang bahayanya ghibah, dan ini bukan perkara yang ringan, tetapi perkara yang berat. Bahkan الله menyebutkan secara khusus dalam al-Qur-ân:

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
(arti) “Janganlah sebahagian dari kalian mengghibahi sebahagian yang lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging bangkai saudaranya? Tentunya kalian akan benci.” [QS al-Hujurôt (49) ayat 12].

Ghibah adalah dosa besar, karena الله Subhânahu wa Ta‘âla menyamakan ghibah dengan memakan bangkai manusia, bangkai saudara sendiri. Kita tidak boleh merusak mayat seorang Muslim, apalagi kalau kita makan, dan ini adalah perkara yang besar. Oleh karenanya, para ‘ulamâ’ menyatakan bahwasannya ghibah adalah dosa besar.

Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم membuka hadits ini dengan pertanyaan: “أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ؟” – “Tahukah kalian apakah itu ghibah?”. Ghibah secara bahasa artinya ghoib, yaitu sesuatu yang tidak kelihatan, kenapa?

Karena kalau seseorang sedang mengghibahi saudaranya, saudaranya tersebut sedang tidak hadir (ghoib), sehingga tidak bisa membela dirinya. Kalau istilah kita: “diomomgin di belakang keburukannya, tidak di hadapannya”.

Kalau di hadapan namanya bukan ghibah tapi mencela atau mencaci.

Ketika ditanya oleh Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم, para Shohâbat menjawab: “Allôh dan Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم yang lebih tahu” – ini adalah salah satu metode dalam pengajaran, yaitu dengan bertanya sehingga yang ditanya akan memberi perhatian secara khusus.

Kemudian setelah itu Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم menjelaskan tentang makna ghibah secara syar‘i, yaitu: “ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ” – “kamu menyebutkan tentang saudaramu apa yang ia tidak suka untuk disebutkan”.

Maksud saudaramu di sini adalah saudara sesama Muslim, oleh karenanya para ‘ulamâ’ mengatakan kalau mengghibahi Nashrôni atau Yahûdi itu bukanlah ghibah secara syari‘at, karena mereka bukan saudara – yang bersaudara adalah kaum Mu’minîn:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
(arti) “Sesungguhya kaum Mu’minîn adalah bersaudara.” [QS al-Hujurôt (49) ayat 10].

Maka, selain Muslim bukanlah saudara. Mungkin kita saudara satu negeri, atau satu nasab, tetapi yang hakiki ia bukanlah saudara. Saudara seorang Muslim hanyalah orang Islâm.

Kemudian dalam hadîts disebutkan: “Apa yang tidak ia sukai untuk disebutkan”. “Ma” di sini adalah isim maushul yang dalam kaidah ushul fiqih mengandung atau mencakup keumuman. Jadi menyebutkan tentang saudaranya apa yang tidak sukai secara umum, apa saja, baik berkaitan dengan badannya, dengan ‘ilmunya, akhlaqnya, sikapnya, istrinya, anaknya, nasabnya, warna kulitnya, seluruhnya.

Dengan mengatakan: “si Fulân ini hitam”, maka ini sudah mengghibah, karena ia tidak suka dibilang hitam. Atau mengatakan: “si Fulân itu pendek”, itu sudah mengghibah. “Si Fulân telmi”, itu juga megghibahinya, semuanya. “Si Fulân itu istrinya cerewet”, sama, itu juga megghibah menyangkut istrinya. “Si Fulân itu anaknya nakal”, itu sudah mengghibah karena ia tidak suka disebut anaknya nakal.

Menyebutkan semua (segala) perkara yang tidak sukai untuk disebutkan hukumnya adalah harôm, karena termasuk ghibah, dan ia merupakan dosa besar. Maka tatkala Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم ditanya:

أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ ؟
(arti) “Bagaimana jika yang saya ucapkan tentang keburukan sadara saya itu memang benar adanya?”

Kata Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ
(arti) “Jika yang kamu katakan itu benar, maka itulah ghibah, jika yang kamu katakan itu tidak benar, maka kamu telah berdusta tentangnya.”

Jadi kalau seseorang mengatakan: “apa yang saya katakan itu benar lho”, maka justru itu yang namanya ghibah. Kalau ternyata bohong, maka terkumpul dua dosa, pertama dosa ghibah (dosa besar), dan yang kedua dosa berbohong yang juga dosa besar. Malah lebih parah lagi kalau tidak benar.

⚠ Yang benar saja tidak boleh dan dikatakan ghibah, apa lagi jika tidak benar.

Dalil yang menunjukkan ghibah adalah dosa besar adalah sebagaimana disebutkan bahwa الله menyamakan ghibah dengan memakan daging bangkai saudaranya. Kemudian, di antaranya juga dalam hadîts, bahwa Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم waktu Isro’ – Mi’roj melihat:

عُرِجَ بىِ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍيَخْمِشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَ صُدُوْرَهُمْ
(arti) “Ada sebahagian orang yang memiliki kuku-kuku yang terbuat dari logam tembaga, dan mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka.”

Maka Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم bertanya:

فَقُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيْلُ ؟
(arti) “Siapakah yang mencakar-cakar wajah dan dada itu, ya Jibrîl?”

Maka kata Jibrîl عليه السلام:

هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسِ وَ يَقَعُوْنَ فىِ أَعْرَاضِهِمْ
(arti) “Meraka adalah orang-orang yang memakan daging saudaranya.” [HR Abû Dâwûd no 4878; Ahmad III/ 223 ~ dinilai shohîh oleh Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî].

Jadi ini adalah dalil bahwa ghibah mendapatkan siksaan secara khusus.

Ikhwan dan akhwat yang semoga dirahmati oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ, di antara dalil yang menunjukkan ghibah adalah dosa besar yaitu hadîts tentang Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم ketika melewati dua kuburan, kemudian Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم mengatakan:

إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ
(arti) “Sesungguhnya kedua orang ini diadzab dalam kuburnya.”

Kemudian Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم menjelaskan:

أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
(arti) “Adapun yang pertama, ia tidak bersih tatkala buang air kecil, dan yang kedua ia suka berjalan ke sana ke mari dalam rangka mengadu domba.”

Dalam riwayat yang lain disebutkan: “Yang pertama disiksa karena ghibah”.

Dalam riwayat yang masyhur, karena namimah, tetapi dalam riwayat yang lain oleh Abû Dâwûd disebutkan karena ghibah. Namun para ‘ulamâ’ seperti Ibnu Hajar, menjama’ bahwa di dalam namimah juga ada ghibah tentunya, karena namimah itu seseorang berjalan ke sana-ke sini mengadu domba, tentunya dengan menjelek-jelekkan yang lainnya.

Jadi dalam namimah itu sudah ada ghibah – ghibah plus mengadu domba, dan ternyata benar, dengan ghibah banyak terjadi pertikaian. Apalagi kalau ghibah tersebut sampai kepada orang yang dighibahi, maka akan terjadi pertikaian (permusuhan). Jadi wajar jika ghibah menjadi salah satu sebab diadzabnya seseorang di dalam kubunya.

⚠ Ini menekankan kepada kita bahwa ghibah hukumnya harôm.

Selanjutnya adalah kondisi-kondisi di mana diperbolehkan ghibah. Ketauhilah bahwasanya ghibah hukumnya harôm kalau tujuannya hanya sekedar untuk mencela dan menghina orang lain dan merendahkan orang lain. Tetapi kalau dalam ghibah tersebut ada kemaslahatan, baik kemaslahatan berkaitan dengan banyak orang atau sebahagian orang atau terhadap individu tertentu, maka ini diperbolehkan – bahkan dianjurkan.

Oleh karenanya, para ‘ulamâ’ menyebutkan ada beberapa hal yang diperbolehkan ghibah sebagaimana disebutkan dalam sebuah sya‘ir, bahwasanya pencelaan bukanlah ghibah dalam enam perkara, yaitu:

Ke-① │ Orang yang mengadu karena ia dizhôlimi, dan ia ingin terhilangkan kezhôliman terhadapnya itu.

Ke-② │ Orang yang ingin memperkenalkan seseorang orang yang mungkin memiliki sifat-sifat tertentu – dengan mengatakan orang yang buta atau orang yang pendek misalnya, bukan untuk mencela, tetapi dalam rangka untuk memperkenalkan siapa orang tersebut.

Ke-③ │ Orang yang menyebutkan keburukan dalam rangka untuk memperingatkan bahayanya seseorang atau memperingatkan bid‘ahnya seseorang.

Ke-④ │ Orang yang menampakkan kefasiqannya, kemaksiyatannya, kebid‘ahnya secara terang-terangan – maka ini juga boleh dighibahi.

Ke-⑤ │ Orang yang meminta fatwa yang mengharuskan bertanya, dan ia menyebutkan masalah yang ia hadapi yang ternyata masalah tersebut berkaitan dengan kejelekan orang lain.

Ke-⑥ │ Orang yang meminta bantuan dalam rangka untuk menghilangkan suatu kemungkaran.

Ini 6 perkara yang disebutkan oleh para ‘ulamâ’ yang diperbolehkan di dalamnya ghibah. Kita perinci, ikhwan dan akhwat yang semoga dirahmati oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

① │ Orang yang mengadu
Seseorang yang mengadu kepada hakim, qodhi, polisi, atau kepada penguasa karena dizhôlimi – ia mengadu kepada orang yang menurut persangkaannya bisa menghilangkan kezhôliman tersebut.

Tatkala itu, ia harus ghibah, karena kalau ditanya siapa yang menzhôlimi dirinya, ia harus sebutkan bahwa si Fulân telah menzhôliminya. Maka dalam kondisi ini ia boleh menghibah, karena dalam kondisi darurat, dan kita punya kaidah: “الضرورات تبيح المحظورات” – dalam perkara yang darurat bisa menghalâlkan perkara yang terlarang.

Sebagaimana seseorang yang dalam kondisi lapar, tidak ada makanan kecuali daging babi atau daging bangkai, maka ia boleh makan daging tersebut. Karena kalau ia tidak makan, ia akan mati.

Jadi demikian juga dengan ghibah.

Pada 6 perkara yang diperbolehkan ghibah, semuanya dalam perkara darurat, dan ada maslahatnya.

② │ Orang yang minta fatwa
Jadi kalau ada seorang datang ke ustâdz minta fatwa, kemudian ia bercerita sedang ada masalah.

Akan lebih baik memang jika bisa hanya dengan memberi isyarat dengan mengatakan: “bagaimana hukumnya jika seseorang yang istrinya demikian dan demikian”. Atau seorang perempuan bertanya bagaimana hukum seorang perempuan yang suaminya demikian dan demikian.

Namun kalau mau menjelaskan dengan detail dengan menyebutkan orangnya, juga tidak jadi masalah. Karena bisa jadi ustâdz atau ‘ulamâ’ yang dimintai fatwa mempunyai pandangan tersendiri tatkala ia mengetahui yang menghadapi masalah ternyata si penanya langsung. Apalagi ia mengenal betul suami dari perempuan yang mengadu tersebut, atau ia mengenal betul istri dari suami yang mengadu tersebut.

Seandainya bisa di sembunyikan namanya, maka itu lebih baik. Namun terkadang menjelaskan dengan detail akan lebih maslahat agar fatwanya lebih jitu dan lebih baik. Dalilnya, perkataan Hindun bintu Utbah, yaitu istri dari Abû Sufyân رضي الله عنه, di mana Hindun bintu Utbah pernah mengadu minta fatwa kepada Nabî صلى الله عليه و سلم, ia berkata:

يا رسول الله إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ، فَأَحْتَاجُ أَنْ آخُذَ مِنْ مَالِهِ ، قَالَ : خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ
(arti) “Wahai Rosûlullôh, sesungguhnya Abû Sufyan, yaitu suamiku, adalah seorang yang pelit. Apakah tidak mengapa jika aku mengambil dari hartanya yang cukup untuk diriku dan untuk anak-anakku?”
Maka Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم menjawab: “Silahkan ambil dengan cara yang baik, dengan cara yang wajar, tidak boleh berlebih-lebihan.” [HR al-Bukhôrî no 7180].

Di sini Hindun bintu Utbah sedang mengghibahi suaminya, ia sebutkan tentang kejelekan suaminya yang pelit, dan tidak mengapa ia sebutkan kepada Nabî, karena Nabî tahu betul siapa Abû Sufyân, yaitu mertua Nabî صلى الله عليه و سلم (karena di antara istri-istri Nabî adalah Romlah binti Abû Sufyân). Maka tatkala disebutkan namanya, Nabî langsung tahu karena kenal betul karakter Abû Sufyân. Sehinga dalam hal ini, Hindun bintu Utbah tidak mengapa menjelaskan langsung nama suaminya, karena hal itu akan lebih detail dan lebih bermanfaat fatwanya.

③ │ Orang yang memperingatkan keburukan
Seperti kisah Fâthimah bintu Qois رضي الله عنها, tatkala ia habis masa iddahnya, maka ada 2 orang Shohâbat yang hendak menikahinya, yaitu Abû Jahm dan Mu‘âwiyah. Fâthimah bintu Qois pun datang kepada Nabî صلى الله عليه و سلم untuk bertanya akan hal tersebut. Maka Nabî صلى الله عليه و سلم memberi peringatan:

أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتَقِهِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْ د
(arti) “Abû Jahm yang melamarmu, ia adalah seorang laki-laki yang tidak pernah melepaskan tongkatnya dari pundaknya (yaitu suka memukul istri). Adapun Mu‘âwiyah adalah seorang yang miskin tidak punya harta. Nikahlah dengan Usâmah ibn Zaid.” [HR Muslim no 1480].

Di sini Nabî صلى الله عليه و سلم menyebut keburukan Abû Jahm, di mana di antara sifatnya adalah suka memukul perempuan (istrinya). Nabî صلى الله عليه و سلم juga menyebutkan tentang Mu‘âwiyah yang di antara keburukannya adalah miskin, tidak punya uang, susah untuk menafkahi istrinya. Nabî صلى الله عليه و سلم mengghibahi kedua orang itu, namun tidak mengapa karena demi kemaslahatan Fâthimah bintu Qois. Jadi ghibah seperti ini diperbolehkan untuk memperingatkan.

Kalau misalnya ada seseorang yang datang kepada kita, kemudian ia berkata: “Bagaimana menurut anda bila laki-laki ini melamar anak saya?”

Kalau kita tahu laki-laki tersebut buruk, kita beri tahu: “Jangan, ia begini dan begitu”.

Atau ada seorang datang kepada kita, kemudian berkata: “Saya ingin bermu‘amalah dengan si Fulân, saya ingin kongsi dagang, ingin mudhorobah dengan si Fulân, bagaimana menurutmu?”

Maka kita harus berusaha memberikan nasihat yang terbaik baginya. Kalau orang yang ditanyakan itu buruk, maka kita harus peringatkan, kita ghibahi tidak jadi masalah karena ini demi kemaslahatan.

Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم menyebut keburukkan Abû Jahm dan Mu‘âwiyah, dan ini merupakan ghibah, tetapi demi kemaslahatan Fâthimah bintu Qois.

Maka bagaimana lagi jika terjadi kebid‘ahan yang tersebar di masyarakat, kesyirikan, atau pemikiran yang menyimpang, maka tidak mengapa jika kita memperingatkan, membantah orang tersebut, mengghibah mereka terang-terangan – karena demi kemaslahatan banyak orang. Lebih utama untuk dighibahi karena dalam rangka untuk menjelaskan kepada ummat. Kalau tidak dibantah, tidak dijelaskan kesalahannya, maka tentunya ummat akan banyak terjerumus dalam kemudhorotan.

④ │ Orang yang menampakkan kefasiqan
Orang ini menampakkan kefasiqan, tidak malu ia menampakkan kebid‘ahannya, maka tidak mengapa ghibah terhadapnya karena ia telah menampakkan keburukannya. Dighibahi atau tidak dighibahi ia sudah sering menampakkan keburukannya.

Oleh karenanya, tatkala ada seorang meminta ijin untuk bertemu dengan Nabî صلى الله عليه و سلم, maka Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم berkata:

ائْذَنُوا لَهُ فَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ ". أَوْ " بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ
(arti) “Ijinkan ia untuk bertemu denganku, sesungguhnya ia adalah seorang yang paling buruk di kabilahnya.”

Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم menyebut keburukannya dengan mengatakan: “Orang yang paling buruk di kabilahnya”, maka orang itu pun berbicara dengan Nabî.

Tatkala ia ada di hadapan Nabî, Nabî tersenyum, Nabî ramah, karena untuk menghindari keburukan orang ini. Setelah ia pergi, maka Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم mengatakan kepada ‘Â-isyah:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ تَرَكَهُ ـ أَوْ وَدَعَهُ ـ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ
(arti) “Sesungguhnya orang yang paling buruk pada Hari Qiyâmat kelak di sisi Allôh adalah yang ditinggalkan manusia karena keburukan lisannya.” [HR al-Bukhôrî no 5666 (Fath al-Bâri no 6131)].

Rupanya orang ini lisannya buruk, namun Nabî bersenyum-senyum kepadanya, berlemah-lembut dalam rangka untuk menghindari kesalahan, karena bisa jadi orang ini akan menjelek-jelekkan Nabî di kemudian hari misalnya. Di sini Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم mengghibah orang ini, kenapa?

Karena orang ini menampakkan keburukannya.

Oleh karenanya, kalau ada orang misalnya menampakkan kefasiqan di TV, menampilkan aurotnya, atau melakukan kefasiqan-kefasiqan yang lain, maka orang tersebut tidak mengapa dighibahi atas apa yang mereka lakukan tersebut. Karena mereka sendiri menampakkan keburukan mereka secara terang-terangan, bahkan di antara mereka bangga dengan kemaksiyatan yang mereka lakukan.

Oleh karenanya, al-Khollal meriwayatkan, beliau berkata dari Harb, beliau mengabarkan kepadaku, aku mendengar Imâm Ahmad berkata:

إذا كان الرجل معلناً بفسقه فليس له غيبة
(arti) “Kalau seseorang terang-terangan menampakkan kefasiqannya, maka tidak ada ghibah baginya.”

Demikian juga berkata Anas dan al-Hasan:

من ألقى جلباب الحياء فلا غيبة له
(arti) “Barang siapa yang telah melepaskan tirai rasa malunya (ia sudah buang rasa malunya), maka tiada ghibah baginya (karena ia sudah terang-terangan menampakkan kefasiqannya / kemaksiyatannya).”

⑤ │ Untuk menjelaskan siapa orangnya
Di antara ghibah yang diperbolehkan adalah untuk menjelaskan siapa orangnya, seperti perkataan ‘Abdullôh ibn ‘Umar رضي الله عنهما:

كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُؤَذِّنَانِ بِلاَلٌ وَابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ الأَعْمَى
(arti) “Dahulu Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم punya dua tukang adzan, yang pertama adalah Bilâl, yang kedua adalah Ibnu Ummi Maktûm yang buta.” [HR Muslim no 573 (Syarh Muslim no 380)].

Ini bukanlah dalam rangka untuk mencela Ibnu Ummi Maktûm, tetapi untuk menjelaskan muadzdzin yang buta tersebut. Jadi tidak mengapa seseorang menyebutkan –bukan untuk menjelekkan– untuk membedakan.

Misalnya ada seseorang yang datang ke kampung kita mencari orang, ia berkata: “Saya pingin bertemu dengan mas Joko”. Kita katakan: “Joko yang mana? Joko di sini ada 3, ada yang tinggi, ada yang sedang, ada yang pendek.” – kita sebutkan ada yang pendek, tentunya Joko yang pendek tidak mau disebut yang pendek, tetapi dalam rangka untuk membedakan, maka ini bukan mencela, ini tidak mengapa.

⑥ Meminta tolong untuk merubah kemungkaran
Ghibah untuk meminta tolong dalam rangka merubah kemungkaran atau untuk mengembalikan pelaku maksiyat, maka ini tidak jadi masalah. Contohnya adalah kita datang melapor kepada hakim, kita melihat ada sekelompok pemuda yang minum khomr. Maka ini tidak mengapa kita laporkan untuk ditangkap, untuk dihilangkan atau untuk dikurangi maksiyat yang mereka lakukan.

Ini juga ghibah yang diperbolehkan.

Demikianlah ikhwan dan akhwat yang semoga dirahmati oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ, semoga kita bisa terhindar dari ghibah yang diharômkan, dan semoga kita bisa menjaga lisan kita.

Jadi, di sini kita tahu, pertanyaan yang sering diajukan yaitu jika kita bermusyawarah kemudian kita dalam musyawarah tersebut menceritakan kejelekan orang lain maka ini bukan ghibah. Kalau musyawarah kita dalam rangka untuk mamberi nasehat kepadanya, untuk memikirkan apa yang terbaik baginya, itu berarti ghibah yang ada maslahatnya – ini tidak jadi masalah.

⚠ Yang tidak boleh adalah kalau kita nyebut-nyebut kesalahannya, hanya sekedar untuk menjatuhkannya.

Oleh karenanya, terkadang di antara keluarga kita ada yang mengghibah ibu kita sendiri dalam rangka untuk mencari yang terbaik untuk ibu. Atau di antara keluarga kita mengghibah adik kita sendiri, tentunya kita sayang kepada adik kita, bukan untuk menjatuhkannya, maka ini tidak jadi masalah.

Atau kita berbicara dengan teman untuk mengghibah suami kita atau istri kita, bukan dalam rangka untuk menjatuhkan suami kita atau istri kita, tetapi dalam rangka untuk mencari maslahat yang terbaik.

Tentunya kalau kita sedang bermusyawarah, maka carilah orang yang amanah, bukan yang kemudian, istilah orang, “mulutnya ember”, begitu mendengar apa yang kita sampaikan kemudian disebarkan di mana-mana.

Demikianlah.

والله أعلم بالصواب

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين

»»•««

PROF.DR.KH.AMAL FATHULLAH ZARLASYI.MA dalam 212

PROF. DR. KH. AMAL FATHULLAH ZARKASYI, MA, REKTOR UNIDA GONTOR TERNYATA HADIR...KISAHNYA MENGHARUKAN...SUBHANALLAH....SBB :

PARA NYINYIERS, SEBAIKNYA DIAM. INI KESAKSIAN SAYA...
--------------------------------------------
Demi Allah... baru kali ini saya melihat aksi demo hingga menangis. Saya tidak kuat menahan rasa haru, bahagia, bangga, gembira, dan sedikit amarah semua berbaur menjadi satu.

Awalnya saya ke Jakarta untuk wawancara narasumber riset saya. Tapi sebuah penerbit juga mengusulkan saya menulis buku tentang aksi 411 dan 212, lebih kurang membahas  MEDIA SOSIAL DAN AKSI DAMAI 411/212. Karena kebetulan itu, saya bergerak hadir ke Monas pusat lokasi aksi 212.

Sambil menangis tersedu melihat aksi 212 saya telpon isteri untuk mengabarkan situasinya. Luar biasa, persatuan, kesatuan, kekompakan, persaudaraan, silaturrahmi umat Islam demikian nyata.

Jam 07.00 saya bergerak dari Cikini menuju Monas, ojeg yang saya tumpangi harus muter mencari jalan tikus. Semua jalan dan lorong mengarak ke Monas macet total. Perjalanan saya terhenti di Kwitang, dari Kwitang saya jalan kaki menuju Monas, hingga ke perempatan Sarinah. Saat sampai di Tugu Tani, dada saya mulai bergetar tak karuan. Seperti orang takjub tidak terkira. Umat Islam yang hadir saling mengingatkan untuk hati-hati, jangan injak taman, buang sampah pada tempatnya, segala jenis makanan sepanjang jalan gratis. Tidak ada caci maki seperti yang terjadi di sosial media. Saat itu sudah mulai perasaan berkecamuk, tapi masih bisa saya tahan.

Tepat di depan Kedubes AS, dada saya meledak menangis haru saat seorang kakek renta menawarkan saya buah Salak, gratis. Saya tanya, "Ini salak dari mana Kek?" "Saya beli sendiri dari tabungan", jawabnya. Saya terdiam.... Di sebelahnya, ada juga seorang Ibu tua juga menawarkan makanan gratis yang dibungkus. Sepertinya mie atau nasi uduk. Bayangkan, Ibu itu pasti bangun lebih pagi untuk memasak makanan itu. Saya tanya, "Ini makanan Ibu masak sendiri?" "Iya", jawabnya. "Saya biasa jualan sarapan di Matraman, hari libur. Masakan saya gratis untuk peserta aksi". Masya Allah... Saya langsung lemes, mes, messss... Saya senakin lemes sebab obrolan kami disertai suara sayup orang berorasi dan gema suara takbir.

Dan... sepanjang jalan yang saya lalui, saya menemukan semua keajaiban Aksi Super Damai 212. Pijet gratis, obat gratis, klinik gratis, makan dan minum gratis. Perasaan lain yang bikin saya merinding, tidak ada jarak dan batas antara umat Islam yang selama ini kena stigma sosial buatan mereka para nyinyiers dan haters sebagai 'Islam Jenggot', 'Islam Celana Komprang', 'Islam Kening Hitam', 'Islam Cadar', 'Islam Berjubah' dan stigma negatif lainnya. Semuanya bersatu dalam SATU ISLAM, SATU INDONESIA, SATU MANUSIA.

Sepanjang perjalanan, saya mendengar antara peserta bicara menggunakan bahasa daerah Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Aceh, Minang bahkan ada juga yang berbahasa Tionghoa. Mungkin mereka saudara kita dari kalangan non muslim.

Melihat itu semua, SAYA MENYERAH. Saya tidak kuasa menahan gejolak rasa yang bergemuruh dalam dada. Saya putuskan menepi, mencari kafe sekitar lokasi. Kebetelun saya punya sahabat baik yang pengelola "Sere Manis Resto dan Cafe". Lokasinya strategis, pas di pojok Jl. Sabang dan Jl. Kebon Sirih. Tidak jauh dari bunderan BI dan Monas. Saya putuskan menyendiri masuk cafe itu untuk memesan secangkir kopi dan menyaksikan semua peristiwa dari layar TV dan Gadget yang terkadang diacak timbul tenggelam kekuatan sinyalnya.

Tapi di Resto/Cafe Sere Manis ini juga saya temui umat Islam berkumpul membludak. Rupanya mereka antri mau mengambil wudhu yang disiapkan pengelola restoran. Tidak cuma itu, saya menemukan ketakjuban lain. Di dalam resto/cafe saya bertemu teman baru, seorang Scooter  yang tinggal di daerah Cinere. Dia dan teman-temannya memilih berjalan kaki dari Cinere ke Monas (sekitar 40 KM) untuk merasakan kebahagiaan para santri yang berjalan dari Ciamis ke Jakarta. Masya Allah.... Saya semakin sangat kecil rasanya dibanding mereka semua.

Ini kisah dan kesaksian saya tentang Aksi Super Damai 212. Mungkin ada ratusan atau ribuan orang seperti saya yang tidak terhitung atau tidak masuk dalam gambar aksi yang beredar luas. Kami orang yang lemah, tidak sekuat saudara kami yang berjalan kaki di Ciamis atau Cinere.

Maka, janganlah lagi menghina aksi ini. Apalagi jika hinaan itu keluar dari kepala seorang muslim terdidik. Tidak menjadi mulia dan terhormat Anda menghina aksi ini. Terbuat dari apa otak dan hati Anda hingga sangat ringan menghina aksi ini? Atau, apakah karena  Anda mendapat beasiswa atau dana riset dari pihak tertentu kemudian dengan mudah menghina aksi ini? Jika tidak setuju, cukuplah diam, kritik yang baik, atau curhatlah ke isteri Anda berdua. Jangan menyebar kebencian di ruang publik. Walau menyebar kebencian, saya tau kalian tidak mungkin dilaporkan umatu Islam. Sebab umat Islam tau persis kemana hukum berpihak saat ini.

Terlepas ada kebencian dari para Nyinyiers, saya bahagia bisa tidak sengaja ikut aksi damai 212 ini. Setidaknya saya bisa menularkan kisah dan semangat ini pada anak cucu saya sambil berkata:

"Nak, saat kau bertanya ada dimana posisi Bapak saat aksi damai 2 Desember 2016? Bapak cuma buih dalam gelombang lautan umat Islam saat itu. Walau cuma buih, Bapak jelas ada pada posisi membela keimanan, keyakinan dan kesucian agama Islam. Jangan ragu dan takut untuk berpihak pada kebenaran yang kau yakini benar. Beriman itu harus dengan ilmu. Orang berilmu itu harus lebih berani. Dan mereka yang hadir atau mendukung aksi 212 adalah mereka yang beriman, berilmu dan berani. Maka jadilah kau mukmin yang berilmu dan pemberani anakku".

Ini kesaksian saya terhadap Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016. Bagaimana kesaksian man teman yang lain?

Sabtu, Desember 03, 2016

212 oleh dr Yogi Prawira SpA

"Kita dibilang kelompok dokter radikal!" curhat seorang sejawat dalam group chat dokter yang turun dalam aksi bela Islam III kemarin...

Seorang konsultan senior ikutan panas dan menimpali: "Jabanin aja, buka satu per satu nama anggota grup ini. Biar dia tahu siapa yang dibilang 'radikal'! 😡

Just so you know, walau pun tidak diliput media, kemarin ribuan dokter baik yang terorganisir mau pun tidak, ikut turun dalam aksi bela Islam III. Ada direktur sebuah RS berakreditasi internasional di Jakarta, ada konsultan senior yang merelakan kamar hotelnya dijadikan posko. Ada rektor yang juga guru besar, berhujan-hujan di kerumunan massa. Ada pediatric cardiac intensivist, yang di tanah air jumlahnya bisa dihitung dengan jari, namun dengan ikhlas turun tangan dalam tim bantuan medis.

Insya Allah kami semua ikhlas turun dan terpanggil, meninggalkan semua kesibukan duniawi demi membela agama kami.

Postingan yang saya copas dari wa group berikut ini kira-kira bisa mewakili perasaan kami, teruntuk kawan-kawan 'muslim' yang nyinyir 😋

Buat temen yang muslim tapi gak suka aksi 212, sebaiknya gak usah nyinyir dan mencemooh saudara kalian...

Iman itu masalah rasa. Kalo gak merinding melihat perjuangan mereka, ya itu masalahmu. Hanya orang2 tertentu yang bisa merasakan ghirahnya. Tapi gak usahlah menertawakan seolah kalian juru damai.

Iman itu berpihak. Gak ada iman yang netral. Dan sekarang sedang diuji, ke arah mana iman kita berpihak. Ke arah ayat suci yang dibilang bohong, atau ke arah penistanya. Ingat aja, cinta yang berlebihan pada makhluk membutakan hati dan menghilangkan nalar.

Gak usah teriak NKRI harga mati seolah yang ikut aksi sekarang bukan bagian dari penjaga NKRI. Mungkin ini eranya yang mengobok2 keyakinan orang lain disebut simbol ke-bhinnekaan sementara yang terluka karena keyakinannya di-intervensi dituduh pemecah belah.

Gak usah melebarkan masalah seolah ini aksi anti agama lain, anti etnis tertentu, anti toleransi atau anti bhineka. Cerdaslah sedikit. Ini soal anti perkataan seseorang. Kenapa harus dilebar-lebarin sampe ke isu anti antian yang lain . Sadarkah kalian, dia bicara buruk soal al maidah 51 itu karena satu tujuan: melanggengkan kekuasaan. Pdahal kami juga gak mempermasalahkan kalo kekuasaannya langgeng dengan cara yang pantas.

Tanyakan lagi ke hati nurani kalian, gimana rasanya saat mendengar jutaan saudara muslim yang berkumpul disana dengan ghirah membara, dituduh dapat bayaran 500 ribu oleh orang yang kalian cinta. Kalo hati kalian membenarkan, segera istighfar.

Jangan karena kalian ada dipihak penguasa dan kebal UU-ITE , kalian lemparkan kata2 seprovokatif dan sesinis mungkin melukai saudara2 seagama kalian.

Duduk manis ajalah. Nonton TV, sruput kopi di cuaca yang menyejukkan ini, dan kunjungi lagi hati kalian. Tengok kondisinya sekarang....

😊

Foto 1: Prof. DR. dr. Idrus Paturusi, Sp.BO. Mantan Rektor Unhas ikut berhujan-hujan di Monas kemarin

Foto 2: Dr. Izwan Saat, Sp.B. Pakar bedah senior yang terbang khusus dari Jambi untuk ikut gelar sajadah di 212. He happened to be my father in law... #tabik #ciumtangan

Foto 3: Ayahanda Dr. Pramudjo Ismail Abdulgani, Sp.JP. Yang lantang menyuarakan kebenaran, datang di hari H bersama rombongan Ustadz, Dosen, Pengusaha, Notaris dan Profesional dari Pekanbaru

Jumat, Desember 02, 2016

"Doa adalah senjata orang mukmin"

Pesan dari ustaz :

Siapapun yang tidak berada di TKP (Monas) esok hari, tolong baca surah Al-Kahfi, agar Allah lindungi umat Islam dari fitnah Dajjal

Perbanyak membaca "Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syai'in qodir"
لا اله ال الله وحده لا شريك له له الملك و له الحمد و هو على كل شئ قدير

Baca doa di Ibrahim : 35

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَل هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ ﴿٣٥﴾
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala"

Baca Ali Imran 26-27 :
" قُلِ َّاللهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴿٢٦﴾ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (26)
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"(27)

"Doa adalah senjata orang mukmin"