Senin, April 20, 2015

HUT PERSIT KE 69

Sebenarnya paling kagok kalau pake baju PSR seperti ini...selain ngepas badan. Jilbabnya jg harus dimasukkan hehehehe

Jumat, April 17, 2015

Yoga pembakar lemak

7 Pose Yoga Pembakar Lemak
SHUTTERSTOCK
Yoga bisa membantu Anda membakar lemak lebih efektif
Senin, 7 Januari 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com - Yoga bisa memberi banyak manfaat untuk kesehatan tubuh dan pikiran, menguatkan tubuh, otot, serta meningkatkan kekuatan dan kelenturan tubuh. Selain itu, yoga juga terbukti efektif membantu Anda untuk menurunkan berat badan.  Ikuti beberapa posisi yoga berikut untuk membantu Anda menurunkan bobot dan membentuk tubuh jadi lebih indah.

1. Bow pose
Berbaringlah di atas matras, kemudian angkat tangan ke belakang dan pegang jari-jari kaki Anda. Angkat dada, namun usahakan paha tetap menempel di matras. Tarik nafas dalam-dalam dan berusahalah untuk membuat tubuh Anda lebih santai dalam posisi ini.

Posisi yoga ini akan membantu Anda menghilangkan lemak di bagian tersulit dan lipatan tubuh Anda. Latihan ini akan menegangkan bagian berut, dada, pinggang, dan paha.

2. Paschimottanasana
Gerakan ini sebenarnya mirip dengan gerakan mencium lutut. Hanya saja, dalam gerakan ini Anda menggunakan alat bantu. Anda bisa menggunakan balok kayu datar untuk menyangga telapak kaki.

Ambillah posisi mencium lutut. Kemudian letakkan alat bantu ini di ujung kaki Anda agar tetap lurus. Kemudian usahakan untuk memegang alat bantu tersebut. Usahakan agar kaki tetap lurus.

Posisi ini merupakan latihan yoga yang efektif untuk membakar lemak di perut dan juga mengatasi nyeri punggung.

3. Tree pose
Ambillah posisi berdiri yang stabil. Kemudian angkat satu kaki ke atas dan tekuk telapak kaki ini sampai menempel ke kaki lainnya. Kemudian angkat tangan ke atas kepala.

Ini adalah salah satu gerakan yang paling mudah dilakukan untuk mengurangi berat badan dan menenangkan pikiran. Sebaiknya, lakukan gerakan ini saat perut Anda masih kosong agar hasilnya maksimal.

4. Bhujasana
Gerakan yoga ini dikenal juga dengan gaya kobra. Berbaringlah telungkup di atas matras, kemudian angkat bagian pinggang sampai kepala ke bagian atas sambil bertumpu pada kedua tangan.

Posisi yoga ini tidak hanya berguna untuk mengurangi timbunan lemak di perut, tapi juga mengobati sakit punggung.

5. Butterfly
Posisi yoga ini juga tergolong yang paling mudah dilakukan karena Anda hanya harus duduk bersila. Namun pertemukan kedua telapak kaki dan pegang dengan kedua tangan. Duduklah dengan posisi tubuh yang tegak.

Meski hanya terlihat seperti orang yang sedang duduk, namun posisi yoga ini efektif untuk menurunkan bobot tubuh. Posisi ini bekerja efektif untuk bagian perut dan paha. Jika ingin punya kaki yang lebih ramping, Anda bisa mencoba posisi ini.

6. Camel pose
Ambillah posisi berlutut, kemudian lengkungkan tubuh ke belakang sambil bertumpu dengan satu tangan yang menempel di kaki.

Posisi ini cocok digunakan jika Anda ingin mengurangi lemak di bagian perut. Latihan ini juga bisa membantu mengurangi bagian lainnya seperti perut, pinggang, dada, dan lengan.

7. Kundalini
Pose ini sebenarnya adalah pose yang mengandalkan keseimbangan. Ambillah posisi duduk, kemudian secara perlahan angkat kaki ke atas dan tubuh ke belakang. Bertumpulah pada bokong dan rentangkan tangan untuk menyeimbangkan tubuh.
tangan untuk menyeimbangkan tubuh.

Posisi ini akan membantu membakar lemak di bagian perut dan paha. Melalui latihan ini Anda juga bisa mendapatkan kaki yang ramping.

FOTO-FOTO: BOLDSKY

Sabtu, April 11, 2015

Pepes Peda by Sajian Sedap

Bahan-bahan/bumbu-bumbu :
3 ekor ikan peda, diseduh, dipotong 2 bagian
6 lembar daun salam, dipotong-potong
12 buah cabai rawit merah
4 buah tomat hijau, dipotong 4 bagian
4 buah belimbing wuluh, dipotong-potong
3 butir bawang merah, diiris
1 batang daun bawang, diiris 1/2 cm
3 tangkai kemangi, dipetiki
Daun pisang untuk membungkus
Bumbu halus:
6 siung bawang putih
10 butir bawang merah
10 buah cabai merah keriting
6 lembar daun jeruk, dibuang tulang daunnya
2 sendok teh terasi, dibakar
2 batang serai
2 cm jahe
2 cm kunyit, dibakar
1/2 sendok teh garam
1/2 sendok teh gula pasir

Cara Pengolahan :
1. Aduk rata tomat hijau, belimbing wuluh, bawang merah, daun bawang, kemangi, dan bumbu halus. Tambahkan ikan peda. Aduk rata.
2. Ambil daun pisang. Letakkan daun salam dan ikan peda beserta bumbunya. Beri cabai rawit merah.
3. Bungkus pepes. Kukus 45 menit di atas api sedang sampai matang.
4. Bakar sampai harum.

Untuk 6 bungkus

Minggu, April 05, 2015

Saya (anti) Demokrasi, Emha Ainun Nadjib

Saya Anti Demokrasi

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan Danramil harus menyalahkan Ustadz, sebab kalau tidak itu namanya diktator mayoritas. Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang mayoritas bukan yang selain Islam – harus mengalah dan wajib kalah. Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya.

Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina banyak teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein banyak salah, yang salah adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, yang salah bukan Kristen. Kalau amerika Serikat jumawa dan adigang adigung adiguna kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen. Bahkan sesudah ribuan bom dihujankan di seantero Bagdad, Amerika Serikatlah pemegang sertifikat kebenaran, sementara yang salah pasti adalah Islam.

“Agama” yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaimana yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme kaum non-Islam.

Kaum Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh peradaban dunia. Dan untuk mempelajari demokrasi, mereka dilarang membaca kelakuan kecurangan informasi jaringan media massa Barat atas kesunyatan Islam.

Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan previlege dari Tuhan untuk mempelajari Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, melainkan dengan menilai dari sudut pandang mereka.

Maka kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui apresiasi terhadap Qur’an, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kelakuan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya nilai, sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.

Di Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki wilayah musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Musik Kiai Kanjeng mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa lagi. Seorang teman menyapa: “Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali bikin yang etnis ‘gitu…”

Lho kok Arab bukan etnis?

Bukan..., nada-nada arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak diakui sebagai warga etno-musik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak, sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam-menjadi bukan kolak, bukan sambal, dan bukan lalap.

Kalau Sam Bimbo menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada Espanyola, itu primordial namanya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah “Yarim Wadi-sakib…”, itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa saja, kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh, ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk jamaah peradaban dunia.

Itulah matahari baru yang kini masih semburat. Tetapi kegelapan yang ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan penuh dhon kepada Islam, telah terakumulasi sedemikian parahnya. Perlakuan-perlakuan curang atas Islam telah mengendap gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam. Kecurangan atas Islam dan Kaum Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri oleh kaum Muslimin yang mau tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.

“Al-Islamu mahjubun bil-muslimin“. Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan oleh orang Islam sendiri.

Endapan-endapan dalam kalbu kolektif ummat Islam itu, kalau pada suatu momentum menemukan titik bocor – maka akan meledak. Pemerintah Indonesia kayaknya harus segera merevisi metoda dan strategi penanganan antar ummat beragama. Kita perlu menyelenggarakan ‘sidang pleno’ yang transparan.