Kamis, Desember 31, 2015

Nutela Homemade

Bahan-bahan
375 gramChocolate bar (saya pakai jenis milk)
100 gramHazelnut
30 mlMinyak sayur/goreng
30 gramGula pasir
1 sendok makanCocoa powder (isi 15 ml)
1/2 sdtVanilla Extract
+
Langkah

1. Siapkan jar isi 400 g.lalu di steril, coklatgunakan kualitas yang bagus.yang di mangkok itu hazelnut yang sudah di kupas. lelehkan coklat dengan cara di steam.

2. Hazelnut yang sudah dikupas di panggang atau di sangrai.lalu di haluskan.saya pakai blender.

3. Hasil hazelnut yang sudah di blender jadi form paste.

4. Campur hazelnut dengan gula,cocoa,Minyak dan vanilla campur jadi satu sampai rata.

5. Tuangkan Hazelnut ke coklat leleh aduk sampai rata.           

6. Pindahkan ke jar dan biarkan dingin.simpan di suhu ruang bisa tahan selama satu bulan.

7. Chocolate hazelnut siap buat poles roti tawar atau yang lainnya.

Silahkan di coba.

Senin, Desember 28, 2015

Kisah UWAIS AL QORNI

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Subhanallah

Selingkuh by Arham Kendari

"kau akan membunuhku, daeng?" tanya si wanita terbata-bata, setelah sebelumnya berkali-kali bersimpuh di kaki suaminya mohon pengampunan. Lelaki yang kepergok sekamar bersamanya sudah lebih dulu kabur dengan melompat keluar jendela, raib ditelan pekatnya malam.
"mungkin sudah tiba saatnya, Dik.." ujar sang suami, seraya merengkuh wanita di hadapannya, memeluknya erat, mendudukkan di pangkuannya, dan membelai penuh kasih. Omongan orang-orang yang selama ini diabaikannya akhirnya dapat ia buktikan juga malam itu. Tak percuma ia sengaja pulang dari berdagang lebih cepat dari biasanya.
Singkat cerita, usai jeda cumbuan singkat itu sang suami yang diliputi rasa kalut mengangkat tinggi-tinggi badik yang dihunusnya dengan gemetar, lalu menghunjamkan tepat pada jantung wanita malang tersebut. Besarnya rasa cinta pada istrinya akhirnya kalah dengan keutamaan martabat. Dan memang demikian pada umumnya, ada falsafah Bugis bernama SIRI di mana maruah dijunjung tinggi hingga hampir setara kedudukannya dengan ideologi.

Sorry, ini bukan penggalan cerpen. Ini kisah romantis tragis based on true story yang diceritakan emak gw sore tadi. Mungkin ini biasa saja, hanya cerita pasaran yang sering berseliweran di timeline hingga program kriminal di televisi. Tapi inilah salah satu alasan yang kadang membuat gw betah berlama-lama berduaan di kamar emak. Selain mendengar curhat tentang kesehatannya, atau perilaku anak cucu, ia juga kerap membagi kisah-kisah menarik hingga silsilah orang-orang di masa lampau yang kiranya bisa diambil ibroh, yang gak gw temukan pada orang lain.

Emak gw lahir sebelum kemerdekaan Indonesia. Ia mengenyam masa pendidikan sekolah rakyat yang hanya mengandalkan ingatan. Gak ada buku-buku, melainkan papan kecil selebar nampan yang sekali hapus jika mata pelajaran usai. Orang-orang pada jamannya sejak kecil terlatih mengasah memori tanpa alat bantu. Maka gak berlebihan kiranya kalo Emak gw sebut sebagai perawi yang tsiqoh.

Tapi apakah ingatan saja cukup untuk berani gw anggap tsiqoh? Oh tentu saja tidak. Emak juga senantiasa menjaga ibadahnya. Dhuha dan qiyamullail gak pernah sekalipun ia tinggalkan meski berpayah-payah. Mengapa perlu gw sebut ini, karena ketekunan ibadah dan kejujuran tutur kata mestinya adalah hal yang seiring sejalan.
Gak jarang Emak enggan melanjutkan cerita jika ragu akan kadar keshahihannya. Gw pernah punya pengalaman tersendiri soal ini.
Pernah suatu ketika gw ingin mengangkat kisah bapak yang pernah terombang-ambing sendirian di lautan lepas selama berpuluh hari lamanya untuk dijadikan cerpen. Emak kekurangan data. Maka diajaklah gw mencari seorang narasumber bekas anak buah kapal bapak. Dengan berboncengan motor, kami menyusuri gang demi gang di sebuah daerah bernama Kampung Salo untuk mencari keberadaan orang yang bahkan kami pun gak tau sebelumnya apakah orangnya masih hidup atau sudah gak ada. Jika diingat-ingat rasanya konyol juga, orang tua yang bahkan berjalan pun payah itu mau melakukan hal ini demi pemenuhan hasrat anaknya, dan tentunya lebih dari itu demi akuratnya sebuah cerita.

Oke. Kembali ke soal kisah di awal postingan di atas.
Entah mengapa Emak sore tadi mengangkat tema tentang akhir dari sebuah perselingkuhan yang kebetulan menimpa kerabatnya sendiri di masa lalu. Gak nyadar emak meludah di akhir cerita, pertanda kejijikannya. Gw berusaha khusnudzon kalo emak bukannya meragukan kesetiaan gw atau keutuhan rumah tangga kami, tapi sekadar memberi peringatan akan bahaya selingkuh yang makin mudah dan banyak celahnya di era sosmed ini. Sebenarnya tanpa ia beri peringatan dengan cerita pun, ia sudah memberi tauladan dengan kisah sehidup semati bersama bapak. Gw ingat betul bagaimana saat-saat terakhir bapak yang menghembuskan nafas di pangkuan emak.
"bau ka!" bisik bapak saat itu sebelum melafalkan syahadat terakhir dengan nafas satu-satu. Bau-ka dalam bahasa Bugis berarti "cium saya!". Ini sungguh scene cerita perpisahan romantis, yang bahkan gak sempat dipikirkan Jack Dawson terhadap Rose.

Selingkuh. Hal yang ditakutkan emak gw ini disadari atau tidak saat ini sudah menjadi hal yang biasa. Sebagian orang malah menganggapnya sebagai trend dan perilaku kekinian. Awalnya cuma perasaan nyaman setelah curhat. Padahal nyaman identik dengan suka, suka dekat ke candu, dan candu ke cinta. Skemanya gak jauh-jauh dari itu. Jatuh cinta memang gak pernah salah, tapi tempat jatuhnya ini yang kadang bikin masalah. Kalo sudah meladeni suami atau istri orang, masihkah dianggap lumrah? Sudah sesempit itukah ruang sosmedmu hingga gak ada teman lain yang bisa diajak curhat selain orang yang gak ada hak bagimu?
"Ah, kami kan cuma iseng" atau "cuma chatting doang, apa salahnya?" itu rata-rata alasan kebanyakan. Padahal ini cuma soal waktu. Giliran terbuka kesempatan, eeh chattingnya lanjut ke curhat hal-hal pribadi, dan tanpa disadari malapetaka pun menanti. Saling memanggil sayang, padahal online shop juga bukan.

Sebagai laki-laki, gw akui gw juga masih sering melirik wanita lain. Kalo ada yang sama kayak gw maka mari kita tos dulu, karena ini manusiawi. Jangan dilawan, lemesin aja. Haha.. Kadang kita memang doyan mencari tantangan termasuk dalam hal yang menyerempet ke arah bahaya seperti selingkuh. Padahal selingkuh itu sebenarnya gampang. Tinggal hubungi mantan yang belum move on, kunfayakun, jadi maka jadilah.
Kalo mau yang lebih menantang sebenarnya bukan selingkuh, tapi coba yang lebih susah. Setia misalnya. Eeeea...

Perlu dipahami, selingkuh itu ibarat rayap. Rayap merusak rumah, selingkuh merusak rumah tangga. Semua rumah tangga hampir pasti pernah terganggu karena masalah orang ke tiga, baik selingkuh dalam skala kecil maupun besar. Sebagian dari kita mungkin hanya faktor keberuntungan saja Tuhan belum berkenan membuka aib masing-masing. Tapi serapih apapun kau simpan, meski misalnya kau selingkuh sambil pake tuxedo, dasi, dan sepatu pantofel biar rapih, lambat laun pasti akan ketahuan.

Sebenarnya ini gak perlu terjadi andai kita memahami indahnya islam. Islam mengatur segala sesuatu hingga ke adab pergaulan secara detail. Yang tau perkara ikhtilat, gadhul bashar, dan mahrom pasti ngerti batasannya. Ia yang sudah resmi halalan thoyyiban ditakdirkan jadi mahrom bagimu, maka itulah sebaik-baik yang Tuhan berikan. Gak usah cari yang KW-KW-an, ataupun meratapi indahnya mantan. Jangan sering stalking akun mantan, apalagi mengheningkan cipta mengenang jasa-jasa para mantan yang telah bahagia mendahului kita.
Kesal pada pasangan, gak lantas menjadi legitimasi untuk kau mencari pelarian pada hal-hal yang demikian.
Ada 3 hal yang bisa menentramkan hati jika kau berselisih dengan pasangan. Yang pertama adalah tidur, yang ke dua adalah pelukan. Dan yang ketiga adalah tidur sambil pelukan. Eeeeaa.. Wwkwk..
Pelukan membuat Anda lebih setia, karena saat berpelukan akan mengeluarkan hormon Oksitosin. Hormon ini membuat Anda merasa dekat satu sama lain. Silakan googling kalo gak percaya.

Sekadar berbagi tips yang pernah gw praktekkan, jika ada potensi ke arah selingkuh, sebaiknya lepaskan sejenak dunia pergaulan hingga sosmedmu, rengkuh anak-anakmu, tatap wajah polos mereka. Lalu pandang pasangannmu yang sedang pulas, lihat gurat-gurat lelah pada paras mereka. Tidakkah kau merasa bersalah telah dititipi amanah yang diteken di atas sighat taklik yang sah tapi kemudian kau sia-siakan atas nama kebahagiaan instan nan semu, yang belum tentu juga happy ending?
Lagipula berapa sih persentase perselingkuhan yang berhasil? Kalopun ada di antara artis yang sukses selingkuh hingga ke pelaminan, lihat saja seberapa tentram hidup mereka, dan seberapa beringas haters-nya. Sebelum yaumul hisab, niscaya seumur hidup mereka sudah dihukum duluan dengan hukum sosial, bahkan dianggap alamat segala sial.

Temans..
Apapun alasannya selingkuh gak ada benernya. Laki-laki yang ngajak selingkuh salah, perempuan yang tidak menjaga iffah dan seolah membuka ruang bahkan memancing terjadinya perselingkuhan juga sama saja.
Gw bukannya paling bener. Soal aib, gw pastinya ada dong. Aib gw alhamdulillah masih bisa gw simpan dengan rapi dan berharap terlindungi.
Gw cuma mau ngomong kalo besok belum tentu gw masih jadi temanmu, dan gak ada jaminan kau pun begitu. Banyak orang-orang yang akhirnya terpaksa gw blokir karena iklim pertemanan yang sudah gak sehat. Makanya, watawasaw bilhaq saja lah dari sekarang.

Teman datang dan pergi silih berganti, tapi keluarga kita tetap sebaik-baik tempat kembali.