Tahukah kau? Luka lama saja belum sembuh kenapa kau buat luka yang baru?
Adakalanya kesabaran pun terkikis
Adakalanya keinginan untuk menyerah begitu besar
Demi mereka aku bertahan...
Entah sampai kapan...
Cinta seharusnya tidak menyakiti...
Tahukah kau? Luka lama saja belum sembuh kenapa kau buat luka yang baru?
Adakalanya kesabaran pun terkikis
Adakalanya keinginan untuk menyerah begitu besar
Demi mereka aku bertahan...
Entah sampai kapan...
Cinta seharusnya tidak menyakiti...
Cakwenya dibuat tanpa baking powder, tanpa baking soda, juga tanpa amonia. Bikinnya gampang, enak dimakan anget anget. Yuk buat!
Resep : Ainur Parahita
BAHAN
350 gram tepung terigu cakra
150 gram tepung terigu segitiga biru
1 sdm minyak goreng (saya pake ELOO)
2 sdm bawang putih iris goreng haluskan
1,5 sdt garam
5 gram ragi instan
1 sdt gula
350 ml air (Takaran ini kira kira saja, kalau sudah kalis hentikan penambahan air)
CARA MEMBUAT
Campur semua bahan jadi satu kecuali garam
Tambahkan air sedikit demi sedikit
Uleni lalu masukkan garam
Uleni lagi hingga kalis
Tutup serbet lalu fermentasikan hingga mengembang dua kali ukuran semula (tips : fermentasi akan lebih cepat dalam okondisi udara hangat. Bisa dengan menyimpannya dekat magic com, kira-kira sejam)
Bagi dua adonan, lalu tarik memanjang seperti persegi panjang
Potong-potong adonan kira-kira 3 cm
Ambil 1 adonan yang telah dipotong, taburi tepung atasnya, lalu beri adonan lagi, kemudian tekan menggunakan sumpit yang ditaburi tepung.
Tarik lagi adonan yang telah ditekan sumpit hingga memanjang
Panaskan minyak goreng, lalu goreng hingga kecoklatan.
Note :
- Jangan menarik terlalu "ngotot" nanti tipis, akibatnya cakwe tidak berongga
- Jangan lupa menaburi tepung diantara dua adonan yang ditumpuk agar lapisan cakwe terlihat. Kalau tidak, lapisannya tidak terlihat, jadinya seperti roti goreng.
- Apabila suka yang gurih asin, silakan tambahkan takaran garam. Jangan campur garam berbarengan dengan ragi ya, karena garam bisa mematikan ragi. Uleni adonan dulu baru masukkan garam (AP)
[Kiat Mengenali “Musang Berbulu Domba”]
Copas : Pusat Buku Sunnah
Sobat! Satu kepastian yang telah menjadi sunnatullah, bahwa di dunia ini segala urusan diciptakan berpasang pasangan. Ada baik, ada buruk, ada atas ada bawah, ada benar dan ada salah, ada pandai ada bodoh demikian seterusnya.
Sepatutnya anda menyadari bahwa "siapapun diri anda, pasti ada saja yang suka dan ada pula yang membenci".
Bila anda adalah orang baik paling baik, maka sadarilah bahwa orang paling baik pastilah dibenci oleh orang buruk hingga orang paling buruk.
Namun demikian, janganlah anda berkecil hati, karena seluruh orang baik pastilah mencintai anda. Sebaliknya, andai anda adalah orang buruk paling buruk, maka pasti saja anda memiliki kawan, bukan hanya satu atau dua, namun buaaanyak sekali, yaitu orang buruk hingga paling buruk semisal anda.
Namun, pada saat yang sama sadarilah bahwa orang baik hingga orang paling baik pasti pula membenci anda.
Karena itu, sekedar merasa bahwa diri anda baik atau benar belumlah cukup, namun lihatlah siapakah kawan dan lawan anda.
Bila terbukti, bahwa orang yang senang dengan anda adalah orang orang yang bejat, para pengumbar hawa nafsu, malas ibadah, bodoh, nan hina, maka itu indikasi anda serupa dengan mereka.
Sebaliknya bila orang orang yang membenci anda adalah orang - orang baik, mereka rajin beribadah, berilmu dan berakhlaq mulia, maka ini bukti nyata bahwa anda bukanlah dari golongan mereka.
Pendek kata! Silahkan anda menyembunyikan jati diri anda, dengan cara apapun, namun ketahuilah bahwa sahabat-sahabat anda adalah cermin dari diri anda. Setiap insan akan dengan mudah mengenali diri anda dari teman teman yang ada disekitar anda. Dalam pepatah arab berdinyatakan:
عنِ المرْءِ لا تَسألْ وسَلْ عن قَرينه،
فكُلُّ قَرينٍ بالمُقَارِنِ يَقْتَدي
Janganlah engkau bertanya tentang diri seseorang, namun tanyalah tentang kawan karibnya
Karena setiap manusia pastilah meniru perilaku kawan karibnya.
Domba tidak akan pernah bersahabat dengan serigala, sebagaimana srigalapun juga tidak akan kuasa menahan rasa laparnya agar dapat bersahabat dengan domba.
Kriteria pemimpin
Copas dari Mas Gunawan Rusuldi
Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).
Di dalam Al-Quran juga dijumpai beberapa ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya terdapat dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiya(21): 73. Sifat-sifat dimaksud adalah: (1). Kesabaran dan ketabahan. "Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". Lihat Q. S. As-Sajdah (32): 24. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan yang lain adalah sifat-sifat yang lahir kemudian akibat adanya sifat (kesabaran) tersebut. (2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Lihat Q. S. Al-Anbiya (21): 73, "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami". Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya di tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya. (3). Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. Lihat Q. S. Al-Anbiya (21): 73, "Dan Kami wahyukan kepada mereka (pemimpin) untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat". Hal ini dapat tercapai (mengantarkan umat kepada kebahagiaan) apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka.
Memilih pemimpin
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cermin" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian".
Seorang yang beragama Islam ... harus berpedoman pada Quran dan Hadist dlm segala hal ...
Sumber : ayahbunda
Papeda, si bubur sagu khas Maluku dan Papua memiliki tekstur lengket serta rasa tawar dan kaya serat. Intip resepnya di sini.
Bahan Papeda:
100 gram tepung sagu
1 liter (1000 cc) air
½ sendok teh garam
½ sendok teh gula
Bahan Ikan Kuah Kuning:
½ kg ikan tongkol, bersihkan, rendam dengan jeruk nipis dan garam
1 buah jeruk nipis, peras
500 cc air matang
1 batang sereh, memarkan
2 lembar daun salam
Minyak untuk menumis
30 gram daun kemangi
Bumbu, haluskan:
4 siung bawang merah
2 siung bawang putih
3 buah kemiri
2 cm jahe
2 cm kunyit
½ sendok teh gula pasir
½ sendok teh garam
Cara membuat Papeda:
1. Cairkan tepung sagu dengan 300 cc air di dalam panci. Tambahkan garam dan gula.
2. Didihkan sisa air (700 cc) dengan menggunakan panci lain. Setelah mendidih, tuang ke dalam panci isi larutan tepung sagu. Masak dengan api kecil. Aduk perlahan hingga sagu berwarna bening atau matang. Angkat. Sajikan hangat dengan ikan kuah kuning.
Cara membuat Ikan Kuah Kuning:
1. Tumis bumbu halus hingga harum. Tambahkan daun salam, sereh, dan air. Biarkan hingga mendidih.
2. Masukan ikan. Tambahkan garam dan gula. Masak dengan api besar selama 20 menit. Lalu kecilkan api, masak hingga ikan matang.
3. Menjelang diangkat, tambahkan daun kemangi dan air jeruk nipis.
Nilai gizi (per porsi):
Energi: 325,40 kilo kalori
Protein: 37,05 gram
Lemak: 28,45 gram
Karbohidrat: 7,50 gram