Betul sekaliπππdulu kami juga tidak punya mobil pribadi begitu menikah mobil pribadi dijual buat modal "berjuang" di Rantau orang π
Alhamdulillah untungnya kami ditugaskan di daerah yang jauh dari mall dan hiruk pikuk kemewahan jadi tidak ada godaan pengen ini itu apalagi belanja online #eeeh belum ada ya?π€£
Rumah dinas ada, motor dinas ada jadi nggak perlu lah hutang2 riba buat beli kendaraan. Ikan tinggal pasang jaring, bumbu dapur dan sayuran ada di kebun sendiri( baca: halaman rumah) dan satu lagi sebelum booming menyimpan emas seperti sekarang kami di Maluku sudah "terbiasa" menyimpan emas karena daerah kami ada perusahaan emas terbesar di Maluku yaitu NHM.
Mengikuti "jejak" ibu2 anggota yang senang beli "kepingan" emas saya pun ikut2an π€£ walaupun bentuknya kecil2 seperti mainanπ maklum gaji saya dan suami kala itu kalau di gabung gak nyampe 2 juta sebulan π« cuman bisa beli yang kecil2.
Kami pun menahan diri untuk tidak "mudik" setiap tahun karena sekali mudik ongkosnya sama dengan gaji kami setahun π. Ini yang paling berat...menahan rindu πdulu belum ada Video Call seperti sekarang adanya ya telp rumah atau wartel.
Eh kenapa melenceng membicarakan menyimpan emas? Karena poin disini yang sangat membantu sekali ketika kami pindah ke daerah barat dimana disini agak susah untuk mendapat rumah dinas karena kurangnya jumlah rumah dinas ditambah lagi oknum2 yang "minta" diganti uang pemeliharaan mereka selama tinggal di rumah dinas...astagfirullah hampir nangis rasanya ketika di minta mengganti sampai puluhan juta.
Saya dan suami memutuskan tidak mau mengganti kami memilih tinggal di Mess di daerah Cimahi, satu kamar untuk kami ber5 coba bayangkan ππ bahkan kamar mandi dan kompor pun di dalam kamar. Alhamdulillah kamarnya lumayan besar kalau masak pintu dan jendela di buka lebar2 biar asapnya tidak berkumpul di kamar. Pernah kami di kunjungi senior dan yunior ke mess dan dari tatapan mereka terlihat kasihan pada kami π€£π€£, sekarang benar2 jadi cerita indah kalau kami kumpul sekeluarga.
Cimahi - Bandung lumayanlah tiap hari bermotor berdua menembus dinginnya angin setiap habis subuh. Suami dinas di kodiklat sementara saya di Puskesmas Ujungberung Indah terlalu jauh kalau diantar ke sana. Jadi saya "diturunkan" suami di alun2 ada halte bus Damri di sana dan saya pun naik Damri dari alun2 ke ujungberung lumayan bisa nyambung tidur di busπ€£π€£ busnya nyaman dan full ac dulu tiketnya hanya 3000 perak nggak tau sekarang berapa. Sampai sopir dan kondukter bus kenal karena saya sering jadi penumpang terakhir yang turun saking jauhnya π€£.
Begitu sayangnya Tuhan pada kami, perjuangan kami mengumpulkan uang dan sedikit "sumbangan" dari Mertua dan Orangtua pada kami ππ akhirnya kami bisa membeli sebuah rumah mungil untuk kami dan anak2 berteduh. Kala itu harga jual emas sekitar 450 ribu pergram kalau tidak salah padahal kami membelinya di harga sekitar Rp 110 ribu pergram pokoknya sekitar itu...lupa berapa tepatnya! Setelah tinggal di rumah "baru" apakah lantas kami pun beli mobil baru? Ya nggaklah! Duitnya nggak cukup π€£π€£
Tapi tak jadi masalah karena ke puskesmas saya cukup jalan kaki karena "tetanggaan" π hanya sedikit kesulitan kalau ada rapat2 di hotel atau di dinas. Dulu belum ada gojek atau gocar online seperti sekarang. Jadi disaat teman2 sejawat datang dan pergi dengan macam2 mobil keluaran terbaru maka saya tetap...naik angkot! Kenapa harus malu? Pun ketika saya mengalami mutasi dari puskesmas ujungberung Indah ke Puskesmas Cibiru, Arcamanik, Rusunawa dan terakhir Puskesmas Sekejati tetap "ngangkot". Sampai akhirnya singkat cerita (biar tidak terlalu panjangπ€£) kami "dimampukan" Nya untuk membeli kendaraan secara Cash walaupun hanya mobil second.
Jadi jangan melihat yang sekarang, dulu kami juga pernah "susah" apakah kami berkeluh kesah? Tidak ada satupun keluarga yang tahu karena kami mencukupkan apa yang menjadi kebutuhan kami. Tidak neko2 ingin ini itu di luar kemampuan...Alhamdulillah bisa melewati semua ini...semoga tetap istiqomah πππ